Powered By Blogger
> SENYUMAN MATAHARI

SENYUMAN MATAHARI

Posted on Kamis, 19 Mei 2011 | No Comments


Siang yang indah menemani langkahku disalah satu kapal di dermaga potere’, menyenangkan sekali karena naik kapal sambil menatap langit yang cerah pada saat itu, banyak awan yang bergerak mengikuti arah angin dengan berbagai macam bentuk yang sangat indah,dengan banyak sekali sampah di dermaga itu ,bukan hanya sampah baunya pun sangat menyengat, perjalanan saya dikhiasi dengan berbagai kapal yang sandar atau sekedar numpang parkir atau apa namanya pokoknya saya yakin ada jawaban yang lain yang tepatlah .kurang lebih 2jam setengah jam lebih perjalanan kami melewati lautan. Angin laut yang begitu terasa sangat khas dengan alunan lagu yang lucu yang dibawakan oleh kak imas menambah “happy in this situation”.    

   
Rasa capek, letih, dan lemas mungkin itu kata yang cocok menggambarkan kondisiku hari itu. Tapi kayaknya tidak separah itu, berselang beberapa puluh menit kapal tiba dipulau karanrang, saya bersama ketua GCC, imam atau lebih akrab dipanggil igar turun sebentar untuk membeli rokok, yah kalo merk mungkin saya tidak usah atau mungkin tidak perlulah untuk menyebutnya, jelang beberapa saat kami berdua kembali kekapal untuk menuju ke pulau cangke’ bersama kak imas dan teman- teman lainnya. “penasaran” mungkin salah satu kata yang tepat juga untuk menggambarkan diriku sesaat setelah kapal meninggalkan pulau karanrang pada saat itu karena 3 hal yang paking kuingat sampai selesai menulis ini catatan yang pertama, bagaimana bentuk pulau cangke.? Daeng abu baik tidak.? Bisa lihat sunset dan sunrise tidak.? Dan ternyata ketika pulau mulai terlihat, teryata eh ternyata gella gettho (maaf agak lebay). Waduuuh ternyata keren pokoknya dan setelah menginjakan kaki untuk pertama kali saya melihat ada seorang kakek sedang duduk terdiam tanpa sepatah kata apapun, saya kira itu daeng abu tapi ternyata bukan kata kak imas
Hal pertama yang kulakukan disana untuk pertama kali adalah lari keliling pulau cangke dengan sepatu lapangan  dan kemudian dilanjutkan mendirikan tenda bersama jung dkk. Dibelakang pulau  cangke sendiri sunset terlihat dengan indah meskipun ditutupi dengan sedikit awan namun keindahannya masih terlihat disela-sela lubang awan yang dibawahnya  ada dua orang nelayan yang sedang merapikan perlengkapan diatas perahu yang mungkin saja segera pulang kerumah atau mau memulai kegiatannya . matahari memulai menunjukan keindahannya dengan warna merah yang sangat indah bagaikan dalam lukisan dengan kontur warna yang sangat teratur antara orange dan merah , ini merupakan pengalam yang sangat hebat, bukan karena belum pernah matahari terbenam  sebelumnya tapi karena disini saya menikmati matahari dengan tawa dan canda dengan beberapa teman- temanku atau lebih bisa saya sebut beberapa keluarga baruku dikosmik. Yang terpenting dari momen ini adalah “senyuman”


matahari yang indah istirahat sudah di tengah lautan,kamipun bergegas menuju ke tenda untuk masak namun belum sempat untuk memasak, datang pak jafar dengan anaknya dengan membawa ikan sekantong penuh namun yang bikin saya heran dia bersedia membagikan pada kami ikan setengah dari kantong yang dibawanya tapi mungkin karena ingin membantu, kak imas dengan imam patungan untuk membayar ikan tersebut, setelah itu saya pergi mencari atau lebih tepatnya disuruh untuk mencari daun lebar sebagai pengganti piring, namun yang saya temukan hanya pohon pisang tiba- tiba didepan rumah terdengar suara seorang kakek, “ cari apaki.?” Lalu saya jawab mau minta daun pisangta’.? dengan senyuman yang terasa sangat damai dia menjawab ambil meki saja tapi janganmi ambil yang daun muda,? Selesai mengambil daun pisang tua dibelakng rumah, saya disuruh kembali oleh beliau untuk kembali setelah mengantar daun pisang  ketenda. Ketika saya kembali saya langsung disuruh naik kerumah untuk mengobrol dengan beliau tapi sebelumnya itu saya harus menaiki sepuluh anak tangga yang cukup kecil  dengan jarak yang cukup jauh untuk ukuran tangga yang biasa saya naiki. Inilah obrolan sekaligus pertemuanku dengan daeng abu secara langsung.  Disinilah saya disambut dengan senyum yang ramah dan ikhlas bagaikan senyuman seorang ayah pada anak. Daeng abu dan istrinya merupakan beberapa dari pasangan - pasangan teromantis didunia dan abad ini, daeng abu merupakan penduduk pulau pala sebelum menetap dipulau cangke pada tahun 1972, daeng abu juga cerita kepada saya kalau dulu pulau cangke merupakan pulau yang tandus dan panas sekali suhu udara dipulau ini. Kata daeng abu juga pohon besar yang ada dibelakang rumah merupakan hasil dari tangan daeng abu, dan terus bertambah seiring dengan waktu dan keikhlasan dari daeng abu untuk tetap menjaga dan merawat hutan dipulau kecil bernama cangke dengan sejuta keindahan didaratanya maupun dilautnya, daeng abu juga bercerita tentang keluarganya yang sering ke pulau cangke untuk menemuinya seperi pak jafar yang merupakan keponakan dari daeng abu. Tapi yang saya ingin saya ketahui adalah kenapa daeng abu lebih memilih hidup bersama istrinya di pulau berdua.? Tapi tidak apa-apalah jika itu menjadi sebuah misteri bagiku, karena bukan itu yang kucari melainkan pembelajaran tentang kehidupan, keikhlasan, dan kesetiaan
setelah makan selesai bersama daeng dan istrinya saya langsung diajak oleh kak imas untuk membuat api unggun dipinggir pantai. Bukan kak imas namanya kalo tidak buat kegilaan. Dengan berat hati terpaksa saya orang pertama yang melompati api kira-kira 1 meter lebih, yang kemudian dia lanjutkan dengan igar yang meloncat di kobaran api yang dan dilanjutkan dengan berenang dipantai pada jam 11 malam dan dilanjutkan dengan aksi timbun badan dengan pasir dan masih banyak kegiatan lainnya dan asli gila.
Keesokan paginya  kegiatan kami lanjutkan dengan sarapan pagi dengan menu roti bakar telur dan dilanjutkan dengan hunting foto dan bersih pantai banyak sekali kegiatan disini mulai dari bentuknya edukasi hingga entertaiment. Sore harinya semua orang berada di depan rumah daeng abu. ada yang berenang, foto-foto bahkan ada yang pergi mancing bersama daeng abu tapi yang paling mengejutkan kak imas yang sedang berenang tiba berdiri dan menunjukan kepada kami kima atau kerang yang sangat besar kepada saya  yang langsung dibersihkan oleh istrinya daeng abu yang kemudian langsung saya olah menjadi kima tumis ala chef pikolo a.k.a manusia api.( julukan saya selama di pulau cangke). Malamnya daeng abu bercerita dengan saya dan imam mubin bagaimana keadaan pulau ini selama beliau menetap dan pengalaman selama hidup di pulau bersama istrinya. Tapi jangan salah daeng abu juga pernah ke jakarta dan selam disana. daeng abu juga bilang bahwa selama disana dia juga ditemani oleh anaknya presiden ke-tiga indonesia bapak.B.J habibie. Dan tetapi ada yang bikin saya sedikit sedih, karena selama ngobrol beliau dan imam mubin ngobrol menggunakan bahasa makassar dan ternyata saya hanya mengertinya sedikit dari apa yang mereka bicarakan.
Menurutku daeng abu adalah seorang yang kaya, seorang yang hebat dan  seorang pria yang mandiri yang bertanggung jawab. dengan dengan banyak pengetahuan dan pengalaman serta kerendahan hatinya dan ikhlas selama menjalani kehidupan dan selalu berbagi dengan orang terdekatnya, senyuman adalah matahari bukan menyinari tetapi menerangkan arti sebenarnya dari kehidupan. Bagiku dia adalah pahlawan, bagiku dia adalah guru, dan bagiku dia adalah anggota keluarga baruku.

Hari itu bukan perpisahanku dengan daeng abu dan istrinya melainkan pertemuan perdanaku dengan mereka berdua!

muhammad rizki. Diberdayakan oleh Blogger.